Subscribe Us

 

Bekam dan Hipertensi: Alternatif Pengobatan yang Kian Diminati


ABU AULIA, Jakarta - Hipertensi, Si Pembunuh Senyap 
Hipertensi atau tekanan darah tinggi kini menjadi salah satu masalah kesehatan global yang kian mengkhawatirkan. Penyakit ini dikenal sebagai silent killer karena sering kali tidak menunjukkan gejala, tetapi mampu memicu komplikasi serius seperti stroke, serangan jantung, gagal ginjal, hingga kematian mendadak.

Di Indonesia, prevalensi hipertensi terus meningkat. Data RISKESDAS 2018 menunjukkan bahwa sekitar 34,1% orang dewasa mengalami hipertensi, dengan banyak pasien tidak menyadari kondisinya. Ironisnya, tingkat ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat hipertensi juga tinggi. Faktor ekonomi, kejenuhan terapi jangka panjang, serta ketakutan efek samping obat menjadi alasan klasik.

Kondisi inilah yang mendorong masyarakat melirik pengobatan alternatif dan komplementer, salah satunya adalah terapi bekam atau الحجامة.


Bekam: Warisan Sunnah, Terapi Modern 

Bekam, atau wet cupping therapy, bukan sekadar tradisi kuno. Praktik ini sudah dikenal sejak zaman Rasulullah ï·º yang bersabda:
"Ø®َÙŠْرُ Ù…َا تَدَاوَÙŠْتُÙ…ْ بِÙ‡ِ الْØ­ِجَامَØ©ُ" 
Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah dengan hijamah (bekam).” (HR. Bukhari, Muslim)

Kini, bekam tidak hanya menjadi praktik religi, tetapi juga menarik perhatian dunia medis. Berbagai penelitian ilmiah membuktikan manfaat bekam, termasuk dalam menurunkan tekanan darah, meningkatkan sirkulasi darah, menstimulasi sistem imun, hingga mengurangi nyeri.


Penelitian: Bekam Menurunkan Tekanan Darah 

Sebuah studi kuasi-eksperimen di wilayah kerja Puskesmas Kolaka melibatkan 40 responden penderita hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain Control Group Design pre-post test dengan metode purposive sampling.

Responden dikelompokkan menjadi kelompok intervensi (diberi terapi bekam basah) dan kelompok kontrol. Tekanan darah diukur secara berkala selama tiga bulan.

Hasilnya mencengangkan:
  • Tekanan darah sistole dan diastole kelompok intervensi turun secara signifikan (p < 0,05).
  • Pada kelompok kontrol, tidak ada perubahan berarti (p > 0,05).

Kesimpulan penelitian ini jelas: terapi bekam efektif menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.


Mengapa Bekam Efektif? 

Efektivitas bekam dalam menurunkan tekanan darah disebabkan oleh beberapa mekanisme:
    1. Mengeluarkan darah statis yang mengandung toksin, metabolit, dan zat sisa.
    2. Merangsang produksi endorfin yang memberi efek relaksasi.
    3. Memperbaiki mikrosirkulasi sehingga aliran darah lebih lancar.
    4. Mengurangi resistensi pembuluh darah perifer, salah satu penyebab hipertensi.

Penelitian serupa dari berbagai negara, termasuk Arab Saudi, Iran, Malaysia, hingga Indonesia, konsisten menunjukkan hasil yang mendukung efektivitas bekam.


Perspektif Kesehatan dan Religius 

Di luar aspek medis, bekam juga memiliki dimensi spiritual. Dalam tradisi Islam, bekam dianjurkan sebagai thibbun nabawi (pengobatan ala Nabi). Kesadaran religius ini menambah kepercayaan masyarakat muslim untuk menjadikannya alternatif, terutama bagi mereka yang enggan bergantung pada obat kimia.

Namun, bekam tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada standar keamanan yang harus dipatuhi, seperti teknik steril, titik bekam sesuai indikasi, serta dilakukan oleh terapis berkompeten.


Terapi bekam terbukti secara ilmiah mampu membantu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Dengan kombinasi nilai medis dan spiritual, bekam kini menjadi pilihan populer dalam terapi komplementer.

Meski demikian, pasien tetap perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan sebelum menjalani bekam, terutama bila sudah mengonsumsi obat antihipertensi. Integrasi antara pengobatan medis dan terapi sunnah bisa menjadi solusi holistik untuk melawan hipertensi.

Sumber : JurnalUGM
Full Text:PDF

References

Abdullah, S. A., Mohd Najib, M. N., Dali, A. F., & Sulaiman, S. (2016). Malay Cupping Therapy: A Haematological Analysis Pilot Study. In Regional Conference on Science, Technology and Social Sciences (RCSTSS 2014) (pp. 523–529). Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-10-0534-3_52

Aboushanab, T., & AlSanad, S. (2018). A brief illustration of the official national standards for the safe use of cupping therapy (Hijama) in Saudi Arabia. Journal of Integrative Medicine, 16(5), 297–298. https://doi.org/10.1016/j.joim.2018.07.006

Aboushanab, T., & AlSanad, S. M. (2017). Simulation in Cupping Training: An Innovation Method. Journal of Acupuncture and Meridian Studies, 10(6), 409–410. https://doi.org/10.1016/j.jams.2017.10.003

Asmalinda, W., & Sapada, E. (2018). The Effect of Wet Cupping (Hijama) Toward The Changing of Body Immune System in Venous Blood of Healthy Person. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), 137–144. https://doi.org/10.30604/jika.v3i2.121

Astuti, W., & Syarifah, N. Y. (2018). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Sehat Mugi Barokah Karakan Godean Sleman Yogyakarta. MIKKI (MIajalah Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Indonesia), 7(1). https://doi.org/https://doi.org/10.47317/mikki.v7i1.13

Hazwan, A., & Pinatih, G. N. I. (2017). Gambaran karakteristik penderita hipertensi dan tingkat kepatuhan minum obat di wilayah kerja Puskesmas Kintamani I. Intisari Sains Medis, 8(2), 130–134. https://doi.org/10.15562/ism.v8i2.127

Kemenkes RI. (2014). Info Datin Hipertensi. In Kementerian, Kesehatan. https://www.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-datin.html

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Kusumawaty, J., Hidayat, N., & Ginanjar, E. (2016). Hubungan Jenis Kelamin dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten Ciamis. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 16(2). https://doi.org/https://doi.org/10.18196/mmjkk.v16i2.4450

Lu, S., Du, S., Fish, A., Tang, C., Lou, Q., & Zhang, X. (2019). Wet cupping for hypertension: a systematic review and meta-analysis. Clinical and Experimental Hypertension (New York, N.Y. : 1993), 41(5), 474–480. https://doi.org/10.1080/10641963.2018.1510939

Muflih, M., & Judha, M. (2019). Effectiveness of Blood Pressure Reduction Reviewed from Amount of Kop, Duration And Location of Point of Bekam Therapy. NurseLine Journal, 4(1), 46. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.9042

Mukhlis, H., Hardono, Hermawan, N. S. A., Purwono, J., & Wahyudi, D. A. (2020). Cupping Therapy For Hypertensive Patients: A Quasi-Experimental Research With Time Series Design. Journal of Critical Reviews, 7(14), 1437–1443. https://doi.org/10.31838/jcr.07.14.326

Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika.

Pramana, G. A., Dianingati, R. S., & Saputri, N. E. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pasien Hipertensi Peserta Prolanis di Puskesmas Pringapus Kabupaten Semarang. IJPNP (Indonesian Journal of Pharmacy and Natural Product), 2(1). http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijpnp/article/view/196

Rahman, H. S., Ahmad, G. A., Mustapha, B., Al-Rawi, H. A., Hussein, R. H., Amin, K., Othman, H. H., & Abdullah, R. (2020). Wet cupping therapy ameliorates pain in patients with hyperlipidemia, hypertension, and diabetes: A controlled clinical study. International Journal of Surgery Open, 26, 10–15. https://doi.org/10.1016/j.ijso.2020.07.003

Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Risk Factors And The Incidence Of Hipertension In Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–191. https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.180-191

Surahmat, R., & Damayanti, N. R. (2017). Pengaruh Terapi Bekam Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Bekam Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 1, 43–49. https://core.ac.uk/download/pdf/267825455.pdf

Syahputra, A., Dewi, W. N., & Novayelinda, R. (2019). Studi Fenomenologi: Kualitas Hidup Pasien Hipertensi Setelah Menjalani Terapi Bekam. Jurnal Ners Indonesia, 9(1), 19. https://doi.org/10.31258/jni.9.1.19-32

Tumanduk, W. M., Nelwan, J. E., & Asrifuddin, A. (2019). Faktor-faktor risiko hipertensi yang berperan di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi. E-CliniC, 7(2). https://doi.org/10.35790/ecl.7.2.2019.26569

Widada, W., Ontoseno, T., & Purwanto, B. (2019). Pengaruh Terapi Bekam Basah Dalam Menurunkan Apoliprotein-B Pada Penderita Hiperkolesterolemia. Prosiding Seminar Nasional 2018 “Peran Dan Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Dalam Mendukung Program Kesehatan Nasional", 53–58. https://doi.org/10.32528/psn.v0i0.1730

Zarei, M., Hejazi, S., Javadi, S. A., & Farahani, H. (2012). The efficacy of wet cupping in the treatment of hypertension. ARYA Atherosclerosis Journal, 8, 1–4. http://arya.mui.ac.ir/index.php/arya/article/view/316


(as)
#TerapiBekam #Hipertensi #Hijamah #PengobatanSunnah #BekamBasah #CuppingTherapy #ThibbunNabawi #KesehatanHolistik #MedisAlternatif #HipertensiIndonesia