Subscribe Us

 

Benarkah Bekam Bermanfaat untuk Kesehatan? Ini Jawaban Dokter


ABU AULIA, Jakarta - Bekam, atau dalam istilah Arab disebut الحجامة (al-hijamah), sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu sebagai salah satu metode pengobatan tradisional. Rasulullah ﷺ bahkan menyebut bekam sebagai terapi yang memiliki banyak manfaat. Namun, di era modern ketika ilmu kedokteran semakin maju, muncul pertanyaan besar: apakah bekam benar-benar bermanfaat secara medis, atau sekadar sugesti dan tradisi?

Untuk menjawabnya, redaksi kami mewawancarai sejumlah dokter serta menelusuri hasil riset ilmiah terkini.


Asal-usul dan Filosofi Bekam 

Bekam pertama kali populer di dunia Arab dan Tiongkok kuno. Dalam literatur Islam, الحجامة disebut sebagai salah satu sunnah yang dianjurkan Nabi Muhammad ﷺ. Secara sederhana, bekam dilakukan dengan cara menghisap permukaan kulit menggunakan alat khusus, lalu dikeluarkan darah kotor melalui sayatan kecil.

Tujuan utamanya adalah mengeluarkan toksin yang dianggap mengendap dalam darah, melancarkan peredaran darah, serta meningkatkan energi tubuh. Filosofi ini masih diyakini banyak masyarakat hingga kini.


Pandangan Medis Modern 

Menurut dr. Rahmat Hidayat, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam, bekam bisa saja memberikan manfaat, tetapi perlu dipahami dengan perspektif medis:
Secara fisiologis, bekam mungkin membantu meningkatkan sirkulasi darah di area tertentu dan memicu reaksi relaksasi. Namun, klaim bahwa bekam bisa mengeluarkan ‘darah kotor’ masih diperdebatkan dalam dunia medis. Tubuh manusia punya mekanisme sendiri lewat ginjal dan hati untuk detoksifikasi,” jelasnya.

Beberapa penelitian di jurnal kesehatan internasional menemukan bahwa bekam berpotensi membantu pada kondisi tertentu seperti:
  • Mengurangi nyeri otot dan sendi
  • Meringankan migrain
  • Membantu relaksasi dan menurunkan stres
  • Mendukung terapi tambahan pada hipertensi ringan
Namun, manfaat ini masih dianggap komplementer (pelengkap), bukan pengobatan utama.


Risiko yang Perlu Diwaspadai 

Tidak semua orang cocok menjalani bekam. Dokter mengingatkan adanya beberapa risiko:
  • Infeksi akibat peralatan yang tidak steril
  • Luka atau iritasi kulit
  • Pusing akibat penurunan tekanan darah mendadak
  • Risiko lebih tinggi bagi penderita gangguan pembekuan darah

Karenanya, bekam hanya boleh dilakukan oleh terapis berpengalaman dengan standar higienis ketat, bukan asal dilakukan sembarangan.

Bekam dalam Perspektif Sunnah dan Ilmu Kedokteran Dalam hadits, Nabi ﷺ bersabda: 
Khairu maa tadaaweytum bihil hijaamah",  “Sebaik-baik pengobatan adalah dengan bekam.” (HR. Bukhari).

Para ulama memahami hadits ini sebagai anjuran, bukan kewajiban. Sementara dokter menegaskan, bekam bisa diposisikan sebagai terapi tambahan yang boleh dipertimbangkan, selama tidak menunda pengobatan medis utama.


Bekam memang memiliki landasan tradisi dan agama yang kuat. Sebagian riset modern mendukung manfaatnya dalam hal relaksasi, sirkulasi, dan pereda nyeri. Namun, klaim bahwa bekam dapat menyembuhkan semua penyakit masih perlu penelitian lebih lanjut.

Jadi, bagi masyarakat yang ingin mencoba bekam, lakukanlah di tempat terpercaya dengan tenaga profesional, serta tetap konsultasikan kondisi kesehatan kepada dokter.



(as)
#Bekam #Hijamah #الحجامة #TerapiTradisional #Kesehatan #Medis #Sunnah #LifestyleSehat #MajalahKesehatan